Begini Prosedur Pemulasaran Jenazah Covid-19

Seorang relawan tengah praktek pemulasaran jenazah COvid-19 didampingi petugas RS Kariadi Semarang, Minggu (1/8/2021) malam. FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkarjateng.co.id
Seorang relawan tengah praktek pemulasaran jenazah COvid-19 didampingi petugas RS Kariadi Semarang, Minggu (1/8/2021) malam. FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkarjateng.co.id

SEMARANG, Lingkarjateng.co.id – Dokter Forensik RS Kariadi Semarang, dr. Uva Utomo, mengatakan prosedur pemulasaraan jenazah Covid-19, tidak begitu berbeda dengan jenazah biasa.

“Tidak begitu banyak berbeda prosedur pemulasaraan jenazah Covid-19 dengan jenazah biasa. Hanya beberapa hal teknis agar petugas tetap aman,” ujarnya, kepada lingkarjateng.co.id, Minggu (1/8/2021) malam.

Ia mengatakan, saat memandikan jenazah Covid-19 harus menggunakan air yang telah tercampur dengan klorin.

Selain menggunakan klorin, proses pemandian jenazah, juga menggunakan sabun, untuk memecah virus Covid-19 yang ada pada tubuh jenazah.

“Jadi air bekas pemulasaraan jenazah yang mengalir ke selokan-selokan itu sudah aman,” ujarnya.

Sebelum mengafani jenazah Covid-19, terlebih dahulu lapisi dengan tiga lembar plastik. Tiap lembarnya disemprot dengan cairan klorin, supaya semakin aman.

“Saat akan memasukkan ke peti, jenazah sudah miring ke kanan. Sehingga saat masuk liang lahat sudah menghadap kiblat,” ujarnya.

“Tak lupa sebelum itu, tali pocong harus dilepas terlebih dahulu. Karena peti akan dipaku,” ujarnya lagi.

Prosedur terakhir, melapisi peti dengan plastik yang telah disemprot cairan klorin.

”Jadi untuk angkat jenazah sudah sangat aman tanpa menggunakan baju hazmat,” tuturnya.

TIDAK PERLU GUNAKAN BAJU HAZMAT

dr. Uva mengatakan, pada awal pandemi Covid-19, para petugas pemulasaraan dan pemakaman menggunakan baju hazmat untuk melindungi diri.

Namun, Uva mengungkapkan, hal itu sebenarnya tidak perlu. Petugas pemulasaran jenazah hanya perlu menggunakan baju plastik untuk melindungi diri.

“Jika sulit dapat baju plastik saat menangani jenazah Covid-19 di rumah, maka petugas bisa menggantinya dengan menggunakan jas hujan,” katanya.

Sementara, untuk petugas pemakaman yang paling penting adalah menggunakan masker. Karena sulit untuk menjaga jarak saat mengangkat peti jenazah.

”Yang penting kita harus tahu penularan Covid-19 melalui mukosa hidung, mata, dan mulut. Mulut dan hidung diamankan dengan masker,” ujarnya.

“Mata menggunakan kacamata google kemudian dilapisi lagi dengan face shield. Tangannya menggunakan sarung tangan. Selain Covid-19 mungkin jenazah ada penyakit lain yang bisa menular misal Hepatitis, HIV, TBC,” sambungnya.

BERI PELATIHAN PEMULASARAN JENAZAH

Tingginya angka kasus kematian akibat Covid-19 di Kota Semarang, beberapa bulan terakhir, sempat membuat kewalahan petugas pemulasaraan RS Kariadi, Semarang.

Bahkan kala itu, dalam satu hari bisa mencapai 40 jenazah yang harus mendapat penanganan petugas.

Menurut dr. Uva, saat itu da ketakutan masyarakat tertular, dan ilmu pemulasaraan yang masih kurang.

“Akibatnya jarang ada tenaga tambahan yang mau menangani jenazah Covid-19,” ujarnya.

Sehingga, ia pun berinisiatif membuka pelatihan pemulasaran jenazah Covid-19 bagi para relawan.
Tidak hanya mendapatkan materi dalam kelas saja, namun para relawan juga langsung praktek di kamar jenazah RS Kariadi.

“Tujuannya untuk semakin membuat masyarakat paham mengenai virus Covid-19 sehingga bisa melakukan pemutusan mata rantai secara mandiri,” ujarnya. *

Penulis : Dinda Rahmasari Tunggal Sukma

Editor : M. Rain Daling

Exit mobile version