Jogo Tonggo, Upaya Penanganan Covid-19 Paling Bermasyarakat

Suasana dapur umum pada salah satu kelurahan di Kota Semarang. FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkar,co
Suasana dapur umum pada salah satu kelurahan di Kota Semarang. FOTO: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma/Lingkar,co

SEMARANG, Lingkarjateng.co.id – Dampak pandemi Covid-19 sangat terasa bagi masyarakat Jawa Tengah (Jateng) dalam satu setengah tahun terakhir.

Perekonomian hingga psikologis masyarakat sangat terdampak. Beragam upaya penanganan pun terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota.

Salah satunya, adalah program “Jogo Tonggo” yang digulirkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, sejak April 2021. Program tersebut, melibatkan masyarakat dalam upaya penanganan Covid-19.

Responnya sangat luar biasa. Dibalik pandemi yang tak berkesudahan, ada empati antar sesama yang muncul.

Hal itu terucap dari Ketua RW Kampung Genuk Krajan RW 4, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Rino.

Kepada Lingkar.co, Kamis (5/8/2021), ia bercerita bahwa wilayah sempat terjadi lonjakan Covid-19, beberapa waktu lalu.

Sebanyak 48 warganya terkonfirmasi positif Covid-19. Bahkan saat itu, ada satu RT yang terpaksa “Lockdown”.

“Begitu ada warga yang terdeteksi positif maka dia harus isoman di rumah,” ujar Rino.

Saat ada warga yang isoman, kata dia, pihaknya menyalurkan sembako dari lumbung RW.

“Ada juga dari ibu-ibu PKK masak makanan untuk mereka selama 14 hari. Itu bergiliran dari tiap-tiap RT. Ada 7 RT,” ujarnya.

Selain memastikan ketersediaan konsumsi, kata dia, pihaknya juga terus memantau kesehatan warga yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).

“Kami berusaha koordinasi dengan beberapa pihak seperti puskesmas, BPBD, dan kelurahan setempat untuk bisa membantu mengantar pasien ke rumah sakit,” ujarnya.

MEMBUAT RUKUN KEMATIAN

Lebih lanjut, Rino mengatakan, tak hanya RW saja yang saling membantu. Namun, pihak Masjid Al Mutaqim yang ada di wilayah itu turut berpartisipasi aktif.

Bahkan, secara sukarela melakukan perawatan jenazah warganya. Semua dana berasal dari donasi jemaah masjid.

“Sampai hari ini sudah ada 67 orang yang terbantu pihak masjid. Ini sudah ada sejak sebelum pandemi. Untuk masalah kematian kami juga ada rukun kematian tingkat RW,” tuturnya.

Rukun kematian RW 4, lanjutnya, membantu dalam bentuk dana iuran dari warga. Jika ada yang meninggal, seluruh warga akan berdonasi sebesar Rp4 ribu.

“Disini ada 360 KK. Selain itu warga juga men-tahlilkan selama 3 hari berturut-turut. Pihak keluarga sedang berduka, jangan sampai kerepotan,” tuturnya.

Sebelumnya, ia pun mempersiapkan balai pertemuan RW 4 sebagai ruang isolasi mandiri.

Selain memiliki fasilitas yang memadai, ada dua warganya yang berprofesi sebagai dokter dan siap membantu.

“Kami sudah saling konfirmasi kalau mau pakai balai pertemuan RW untuk tempat isolasi tidak papa. Kami siapkan. Belum berjalan karena kasusnya sudah menurun. Sekarang nol persen.” Pungkasnya.*

Penulis : Dinda Rahmasari Tunggal Sukma

Editor : M. Rain Daling

Exit mobile version