KUDUS, Lingkarjateng – Bisnis kerajinan peci goni ternyata dapat membantu membangkitkan perekenomian masyarakat di tengah pandemi. Bahkan, kerajinan peci goni bisa menembus pasar internasional sampai ke Mesir, Malaysia, dan Singapura.
Nunung Ervana merupakan sosok pengrajin sekaligus perintis usaha dari kesuksesan bisnis kerajinan peci goni tersebut. Ia menjelaskan, kerajinan ini bisa sampai ke luar negeri karena teman-teman KBRI.
“Sebelumnya, peci goni sudah tersebar di berbagai pelosok nusantara,” ujarnya saat di kediamannya, Senin (15/3).
Warga RT 01 RW 04 Desa Piji, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus tersebut awalnya sempat menjadi reseller peci goni. Namun, karena banyak orang yang memesan dan saat itu atasannya tidak bisa mengirim dengan cepat, akhirnya dia membuat usaha sendiri bersama teman-temannya.
“Saya dan teman-teman tertarik untuk mengangkat bisnis peci goni ini, karena juga sebagai cara mengangkat budaya yang mulai tertinggalkan. Tapi saya sudah komunikasi dengan bos yang dahulu saya ikut kerja agar tidak terjadi salah paham,” jelasnya.
Selain itu, peci goni yang dirintis saat awal-awal pandemi ini juga banyak dipesan oleh pendeta, menurut Nunung biasanya peci itu digunakan untuk misa.
“Saya juga kaget, ternyata pendeta juga pesan. Di sini kita bisa belajar untuk menghargai agama lain sekaligus memanfaatkan karung goni yang dulunya barang yang tidak bernilai menjadi barang yang bermanfaat,” imbuhnya.
Nunung menambahkam, dalam sehari produksi peci goni bisa mencapai 4 sampai 7 bungkus, yang mana setiap bungkusnya berisi 12 buah peci. Harganya pun cukup murah yakni mulai Rp 40 ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Harga tersebut tergantung pada pesanan jenis peci, ada yang polos dan berlogo. Selain peci, Nunung juga mempunyai produk lain berbahan goni seperti tas dan sandal terapi.
Tak hanya itu, Nunung juga kini membuat peci dengan berbahan tikar yang saat ini mulai masyarakat sekitar kembangkan.
“Selanjutnya dengan inovasi baru peci berbahan pandan akan segera launching,” ucapnya.
Nunung berharap, usaha yang dia kerjakan dengan sistem swadaya masyarakat bisa menjadi salah satu ciri khas Kota Kudus dan mengangkat UMKM yang sedang berkembang di pasar internasional.
“Saya inginnya ini menjadi ikon kudus, sehingga bisa mengangkat Kudus di dunia internasional. Dan saya mengharapkan ada dukungan dari pemerintah supaya ada terobosan inovasi baru UMKM dari Jawa Tengah khususnya di Kudus,” tandasnya. (dit/isa)