Minim Kesadaran Lingkungan, Gagas Sekolah Ekologi

Sekolah Ekologi Trangkil Pati
KREATIF: Sejumlah pemuda gagas sekolah ekologi sebagai upaya peningkatan kesadaran akan lingkungan. (DOK ASYHAR FOR LINGKAR JATENG)

PATI, Lingkarjateng.co.id – Semakin kesini, makin banyak lingkungan yang makin rusak. Penjarahan hutan, membuang sampah sembarangan memperparah kerusakan alam. Akibatnya banjir hingga tanah longsor jadi persolan rutin yang selalu pemerintah hadapi, termasuk pemerintah Kabupaten Pati. Hal ini juga karena kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih minim, apalagi terkait sekolah ekologi.

Maka, peningkatan kesadaran tentang ekologis selayaknya perlu untuk digalakkan. Seperti halnya yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Kecamatan Trangkil. Mereka menginisiasi berdirinya sekolah ekologi untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.

Asyhar Fikri, Founder sekolah ekologi mengungkapkan bahwa orientasi sekolah ekologi adalah menanamkan nilai-nilai ekologis dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Mulai dari cara mengerti, memahami, hingga mengimplementasikan materi dari sekolah ekologi.

“Puncaknya kan menjadi kebijaksanaan dia dalam urusan berkeseimbangan alam. Itu menanamkan nilai-nilai sehari-hari untuk kita berperilaku ekologis itu,” imbuhnya.

Peserta dalam kegiatan ini, lanjutnya memaksimalkan jaringan pemuda di Kecamatan Trangkil. Yakni berasal dari jaringan IPNU dan Karang taruna. Walhasil semua pesertanya berkisar 30 tahun ke bawah.

Ia berharap para peserta sekolah ekologi lingkungan ini dapat melakukan pergerakan ekologis di daerahnya. Sehingga dapat membuat perubahan yang baik di lingkungannya.

“Misalkan desa tersebut melakukan pergerakan kecil itu kan bisa menarik tetangga-tetangganya. Tidak perlu melakukan perubahan besar, tapi bisa merubah perilaku kehidupan sehari-hari soal ekologi,” tuturnya.

Fikri menyebutkan, kegiatan sekolah ekologi ini sudah berjalan 2 kali dari 12 kali yang di rencanakan. Pertama di pantai kertomulyo pantai kertomulyo. Kedua di desa Mojoagung kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.

“Pertama di pantai kertomulyo. Di pantai sini kita mengangkat tema tentang kedaulatan lingkungan, bahwa lingkungan ini memiliki sistem dan mekanisme sendiri untuk meraih keseimbangannya, nah begitu pun manusia, yang punya akal yang mana jadi itu yang mencoba untuk mengimbangi keseimbangan alam-alam yang lain. Kemudian selain kita ada materi-materi, sekolah ekologi juga ikut menanam mangrove di wilayah pantai itu,” ujarnya.

Pertemuan kedua mengangkat tema tentang kesadaran lingkungan. Selain diberikan materi juga dilakukan kegiatan penanaman bibit di lahan-lahan terbuka di daerah tersebut.

“Pertama tentang kedaulatan lingkungan, terus kesadaran lingkungan, bahwa alam semesta ini memiliki keseimbangan sendiri, cuman manusia harus ada kesadaran yang mampu untuk  mengimbangi itu tadi. Lebih mengkonkretkan, apa yang akan kita seimbangkan dari hal-hal itu tadi,” paparnya. (lam/dim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *