KUDUS, Lingkarjateng.co.id – Apa yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata ‘Kresek’? Mungkin beberapa menganggap tempat pembungkus sampah sekali pakai, beberapa yang lain berpikiran jika kresek merupakan sebuah benda multi fungsi yang bisa menampung barang-barang. Pernahkah terlintas bahwa kata kresek menjadi nama komunitas.
Namun bagi Faesal Adam, salah seorang pemuda kelahiran Kudus, kresek tidak hanya seperti yang orang lain pikirkan. Tepatnya sejak 27 september 2015 lalu, Faesal menggunakan kata kresek sebagai nama untuk komunitas peduli lingkungan, atau artinya yakni Komunitas Kreasi Sampah Ekonomi Kota (Kresek) Kabupaten Kudus.
Komunitas Kresek lahir karena rasa keprihatinan Faesal, terhadap kondisi lingkungan serta minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Ia bercerita, memang sejak kecil pasti setiap orang sudah mendapatkan ilmu untuk menjaga lingkungan.
Baca Juga :
Kompak Kembangkan Lele Mutiara
“Tapi kenyataannya ada tong sampah di belakang aja kita nggak buang ke sana. Jadi ya berdirinya ini karena awalnya pihatin. Kemudian saya juga termotivasi dan sadar ketika pernah bergabung di komunitas lingkungan di Semarang,” ungkapnya.
Komunitas yang pemuda lulusan Undip Semarang gagas itu, memang identik dengan sampah. Fokus awal terbentuknya pun pada permasalahan sampah terutama dengan program sedekah sampah yang sampai sekarang menjadi prinsip utama.
Bahkan, hasil dari sedekah sampah itu selain untuk keperluan komunitas juga untuk kegiatan sosial lainnya seperti memberikan beasiswa pendidikan bagi pelajar.
Komunitas Kresek Sasar Penerima Beasiswa Pelajar SMA
“Tahun 2019 kita buka beasiswa, pertama untuk anak SD, tapi ketika evaluasi tahun berikutnya kita ubah target jadi SMA. Itu karena kalau SD hanya memberi saja dan tidak bisa membina. Kalau anak SMA bisa menularkan ilmu dan pengalaman dari komunitas ke sekolah dan lingkungannya,” ujarnya.
Faesal menjelaskan, target penerima beasiswa peduli lingkungan sebanyak 8 orang terdiri dari kelas 1 dan 2. Selain itu, bagi penerima akan mendapatkan kegiatan tambahan berupa pembinaan softskill dan praktik setiap bulan sekali dalam satu tahun.
“Beasiswa peduli lingkungan nominalnya hanya Rp 1,1 juta setahun. Dan sebenarnya bukan itu yang kita tawarkan, melainkan dari sisi pelatihannya. Kemudian target penerima pun bukan untuk yang berprestasi atau kurang mampu, tapi siapa saja bisa selama dia mau berubah,” jelasnya.
Baca Juga :
TPP PNS Karanganyar Capai Rp 166 M
Saat ini, jumlah relawan di Komunitas Kresek Kudus berjumlah 40 an orang yang tersebar dari 30 Desa di Kudus.
“Kita juga membuat kreasi dari olahan bungkus kopi itu jadi tas, dompet, wadah tisu, tiker, bros. Kemudian juga mengadakan pelatihan membuat sabun dan lilin dari minyak jelantah. Hasil karya teman-teman itu dipasang di basecamp Komunitas Kresek di daerah Barongan,” tandasnya. (dit/isa)