Site icon Berita Jateng Terkini

Suguhkan Megahnya Pentas Kobar Api Pesisir Utara Jawa

Pementasan Virtual Teater Minatani Kobar Api Pesisir Utara Jawa

MEGAH: Salah satu adegan dalam pementasan virtual Teater Minatani dengan lakon “Kobar Api Pesisir Utara Jawa”. (ISTIMEWA)

PATI, Lingkarjateng.co.id – Di tengah pandemi Covid-19, Teater Minatani tetap produktif menggelar pentas virtual yang terselenggara di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pati, Selasa (6/4) malam, dengan lakon “Kobar Api Pesisir Utara Jawa”. Beni Dewat, Jurnalis sekaligus pegiat seni asal Bumi Mina Tani menulis dan mensutradarai Naskah tersebut. Lacahya membantu dalam menulis alur cerita.

Ketua Teater Minatani, Siwigustin mengungkapkan, mereka sengaja memilih lakon “Kobar Api Pesisir Utara Jawa” lantaran eratnya hubungan masyarkat Pati dengan cerita Roro Mendut.

“Inilah yang kemudian melatar belakangi pemilihan naskah. Bagi kami, kisah Mendut tak sebatas pada persoalan percintaan, melainkan keteguhan prinsip maupun sikap tak mau menyerah,” paparnya.

Baca Juga :
Gelar Sekolah Inklusi Pendidikan Pancasila

Ia mengklaim, pementasan itu merupakan tawaran baru dari Teater Minatani. Yangmana, para penonton tersuguhi perpaduan antara silat, tari, maupun tembang yang terkemas dengan gaya teater.

“Karena bagaimanapun kami tumbuh di Kabupaten Pati. Kota dengan seni peran ketoprak menjadi ikonnya. Kami ingin belajar dari sana untuk kami adaptasi di teater,” jelasnya.

Roro Mendut Sosok Tegas Menolak Patih dari Mataram Pentas Kobar Api Pesisir Utara Jawa

Siwigustin sendiri terbilang sukses saat turut ambil bagian dengan memerankan tokoh Roro Mendut. Sosok perempuan Jawa bersanggul yang dengan tegasnya menolak seorang patih dari Mataram, Tumenggung Wiroguna yang diperankan oleh Sigit.

“Aku wanita pesisir utara Jawa. Aku lahir dari tanah orang-orang yang tak akan menyerah. Bersiaplah kau menjadi karang yang terhantam ombak pemberontakan,” tegas Roro Mendut dengan emosi yang meletup-letup dalam salah satu adegan dalam pementasan  tersebut.

Bagi Wiroguna, mendapatkan Mendut tak hanya sebatas mendapatkan wanita, melainkan penuntasan penaklukan yang telah dilakukan sebelumnya. Ia meyakini, tanpa Mendut, penaklukan akan sia-sia.

Sementara di adegan lain, Nyai Ajeng, yang merupakan istri dari Tumenggung Wiroguna terlihat sendu meratapi nasib. Di satu sisi, dia tak ingin suaminya meminang wanita lain.

Namun demikian, sebagai seorang istri dia juga harus manut. Sosok Nyai Ajeng sendiri Lacahya perankan.

Baca Juga :
MUI Jawa Tengah Perbolehkan Sholat Tarawih Di Masjid

Di sisi lain, dalam upayanya memperjuangkan sang kekasih, Pronocitro yang Aji perankan tersebut harus bersimbah darah. Selaras dengan itu, Mendut pun memilih mengakhiri hidupnya ketimbang menyerah kalah pada prinsipnya. Sementara Wiraguna, harus berakhir dalam penyesalan.

Adapun tokoh pendukung dalam pementasan tersebut ialah, Mbok Emban, orang kepercayaan dari Nyai Ajeng yang kemudian membantu Roro Mendut. Tokoh itu Defi mainkan dengan apik. Sementara Wiroguna menugaskan tiga telik sandi untuk memata-matai aktivitas Mendut dalam berjualan udud. Sedangkan, Tiga abdi itu oleh Faiz, Ali, dan Hanif mainkan. (dim)

Exit mobile version