SEMARANG, Lingkarjateng.co.id – Satu setengah tahun pandemi melanda. Selama itu pula panggung hiburan tiada.
Ketiadaan panggung untuk pentas, beberapa dari pelaku seni harus beralih profesi sementara, untuk sekadar bertahan hidup.
Kendati demikian, mereka tetap rindu berpentas. Salah satunya, Elisabeth Resa Novitasari atau lebih dikenal sebagai Resa Lawang Sewu.
Dara kelahiran 23 November 1995 itu, mulai merambah dunia kuliner untuk memperbaiki isi kantongnya. Ia membuka coffee shop dengan label Sewu Kopi.
“Untuk bertahan kabeh tak lakoni sing penting halal (semua kujalani yang penting halal),” tutur Ressa, Senin (2/8/2021).
“Jualan makanan itu ya sing paling gampang. Meskipun tambah banyak pesaingnya,” ujarnya lagi.
Berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, lagi-lagi usaha Ressa, terdampak pandemi.
Masa PPKM Darurat dan Level 4, seluruh kafe tidak boleh melayani makan di tempat. Padahal konsep dari kafe adalah tempat untuk nongkrong.
Tak berputus asa, Ressa terus memutar otak untuk tetap bisa bertahan. Selain menjajal bisnis kuliner, ia juga membuka jasa endorsement pada media sosialnya.
Kendati demikian, dirinya tak menampik rindu menyapa Ressa Lovers dengan suara emasnya.
“Ini semacam alih profesi. Tapi kalau ke depan diperbolehkan untuk perform lagi, saya senang sekali,” tuturnya.
RESSA HIBUR PASIEN COVID-19
Kesempatan untuk menyanyi, akhirnya datang pada Senin (2/8/2021). Ressa kembali tampil untuk publik.
Untuk kali pertama, Ressa menghibur para pasien dan tenaga kesehatan (nakes) yang ada di pusat isolasi Covid-19 BPSDMD Jawa Tengah.
Dengan antusias, Ressa mendendangkan tembang-tembang campursari pada acara “Tamba Teka Lara Lunga”, inisiasi mahasiswa dari empat kampus besar di Semarang.
Para pasien dan nakes berjoget ria saat Ressa menyanyikan tembang Ojo Sujono.
“Rasanya luar biasa. Pertama enggak munafik ya kangen banget nyanyi di outdoor kaya gini. Kedua, karena ingin menghibur. Setahu saya acara seperti ini pertama di Semarang,” ujar Ressa..
Ia berharap acara seperti itu bisa terus dilakukan. Selain menghibur pasien dan nakes, bisa jadi wadah bagi pelaku kesenian menyalurkan kreativitas.
“Nyanyi ini baru coba dari seminggu yang lalu live streaming aplikasi. Diajak untuk mengisi acara ini senang sekali.” pungkasnya. *
Penulis : Dinda Rahmsari Tunggal Sukma
Editor : M. Rain Daling