SEMARANG, Lingkarjateng.co.id – Tim Tanggap Darurat (TTD) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang lakukan simulasi penanganan warga binaan pada Blok Risiko Tinggi (BRT).
Simulasi tersebut, untuk mencegah gangguan keamanan dan ketertiban (kamtib) dari warga binaan.
Dalam simulasi, Kamis (12/8/2021), seorang warga binaan melakukan gangguan keamanan dengan teriakan provokatif.
Selain itu, ia juga merusak fasilitas kamar hunian. Petugas yang datang mencoba cara persuasif namun tidak di hiraukan.
Jika cara persuasif tidak berhasil, petugas blok melaporkan kepada Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka. KPLP).
Kemudian laporan di teruskan kepada Kalapas. Dibawah instruksi Kalapas, TTD yang akan menangani permasalahan tersebut.
“Setelahnya ketua tim akan melakukan peringatan terakhir. Kalau tetap tidak dihiraukan, maka warga binaan itu akan dikeluarkan secara paksa,” ujar Kalapas Semarang, Supriyanto, Kamis (12/8/2021).
Baca juga:
Asa Penjual Bendera Semarang Sirna di Tengah Pandemi
Siapkan Sel Khusus
Dalam hal ini, TTD hanya mengamankan anggota gerak warga binaan untuk menurunkan tingkat agresifitasnya.
Hal itu terus dilakukan sampai warga binaan tidak menunjukkan perlawanan.
“Tidak ada kekerasan atau kekuatan berlebih yang dilakukan,” ujarnya.
Selanjutnya, warga binaan di pindahkan ke sel khusus sebagai tempat observasi perilaku.
“Ketika cukup kooperatif dan tidak membahayakan, bisa kembali ke kamar hunian,” ujarnya.
Supriyanto mengatakan, penerapan BRT Lapas Semarang menggunakan prosedur pengamanan maximum security.
“Perbandingan pengamanan satu narapidana dengan pengawalan lima orang petugas. Sistem ini bagi narapidana dengan kategori risiko tinggi,” jelasnya.
Selain untuk mencegah gangguan kamtib, BRT juga untuk untuk Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
Nantinya, blok ini akan terisi oleh warga binaan yang melanggar tata tertib Lapas Kelas I Semarang.
“Saat ini, Blok Resiko Tinggi sudah siap, hanya tinggal menunggu peresmiannya saja,” pungkasnya. *
Penulis: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma
Editor: M. Rain Daling