DEMAK, Lingkarjateng.co.id – Setiap musim penghujan, banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Demak, khususnya Kecamatan Sayung tidak bisa terhindari. Pakar Hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Robert Kodoati menyebut, kawasan tersebut memang sejak dahulu selalu banjir karena berada di bawah permukaan laut. Tanggul Laut Bisa Jadi Barrier, Atasi Banjir.
“Sayung, Demak itukan wilayah rendah, kalau orang bilang itu tempat air berkumpul. Dahulu di sana merupakan tambak-tambak. Karena sekarang sudah menjadi pemukiman, jadi rawan terkena banjir. Apalagi fasilitas untuk mengurangi air kurang banyak,” paparnya.
Ia mengungkapkan, meskipun telah usahakan upaya-upaya untuk mengatasi banjir, tapi hal itu tetap sulit karena di wilayah tersebut selalu ada penurunan tanah. Sehingga, karena lokasinya rendah, tiap hujan turun banjir kembali terjadi.
“Pas banjir besar kemarin itu memang faktor utamanya karena cuaca ekstrem serta curah hujan yang tinggi sampai di atas 200 mm,” katanya.
Robert menambahkan, jika banjir terbagi menjadi tiga, yakni banjir lokal, rob, dan kiriman. Ketika terjadi banjir beberapa pekan yang lalu di Demak, merupakan gabungan dari ketiganya.
Robert mengatakan, jika penanganan banjir perlu mendapat perhatian serius. Saat ini, langkah dari pemerintah sudah mulai menormalisasi sungai kecil, membuat kolam retensi yang lebih besar lagi, serta membuat tol laut atau tanggul laut.
“Pembuatan tanggul laut nantinya bisa menahan air rob serta menjadi Barrier mengatasi banjir di Demak. Meskipun tidak secara keseluruhan teratasi, tapi bisa meminimalisir,” ujarnya.
Pihaknya berharap, agar operasi pemeliharaan rutin saluran drainasePemkot maupun Pemkab perhatikan. Pasalnya, saluran drainase yang mampet karena sampah juga menjadi penyebab banjir terjadi akibat tak ada pembuangan. (dit/dim)