Jepara, Lingkarjateng.co.id – Terhantam badai saat memancing ikan di laut, Wahyanto pernah mengalaminya. Bahkan, kejadian ini menimpanya hingga dua kali selama ia menekuni hobinya. Dengan perahu yang memiliki standar keamanan dan rekan yang berpengalaman, ia pun berhasil selamat.
Pengalaman pertama terkenang pada 2017 lalu. Usai sekitar satu jam perjalanan dari daratan Kabupaten Jepara, perahu yang tengah berkendara sampai di spot memancing Alas Tuo. Namun, tiba-tiba mendung hitam bergelayut hingga hujan deras. Angin serta ombak dengan kencang menggoyahkan perahu. Dan akhirnya, badai memaksa mereka untuk langsung putar balik.
“Yang kedua pada 2019 kemarin. Saat itu kami perjalanan balik dari mancing. Sudah hampir sampai pinggiran tapi tiba-tiba badai. Bahkan, lambung perahu sampai pecah. Alhamdulillah masih selamat. Tidak kapok, yang penting safety first,” kata Wahyanto saat membagikan kisahnya kepada Lingkar Jateng di ruang kerjanya.
Oleh karenanya, menurut Wahyanto, standar keamanan, seperti adanya jaket pelampung di perahu tidak boleh dianggap sepele oleh para mancing mania. Di samping itu, kekompakan tim, peralatan sesuai standar dan kemampuan fisik wajib siap, sebelum berburu ikan di birunya lautan.
“Kalau ada yang mengibaratkan mancing itu menguji kesabaran dan keberuntungan saja, menurut saya, itu hanya 50 persennya. Selebihnya harus ada kekuatan fisik, kemampuan teknik, dan kekompakan tim. Karena ini yang menentukan,” beber pria yang telah memiliki dua orang anak ini.
Tumbuh di lingkungan yang penuh dengan sawah dan dekat dengan Anak Sungai Bengawan Solo, menjadi awal mula pria kelahiran Klaten, 16 Mei 1971 ini menyukai hobi memancing pada masa kanak-kanak. Lulus kuliah dan ganti pekerjaan beberapa kali, membuatnya memutuskan merantau dan bekerja di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur sebagai penjual buku sekolah pada 2001. Lantaran lingkungan yang penuh dengan laut, kegemaran akan memancing pun kembali mekar.
“Di Lembata, saat jenuh hiburannya adalah memancing. Di sana, hanya di pinggiran saja ikannya banyak dan besar-besar. Jadi saya senang sekali,” kenang alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) 1996 ini.