KUDUS, Lingkarjateng.co.id – Dari tangan Tiar Bachroni, salah seorang pengrajin warga Gang 2, RT 2, RW 1, Kampung Ngemplak, Kecamatan Undaan, Kudus, batok kelapa yang untuk sebagian orang hanya benda biasa, berhasil menjadikannya kerajinan yang bernilai rupiah tinggi.
Kerajinannya pun beragam. Mulai dari celengan, lampu, figura, relief, miniatur motor mobil, kotak tisu, alat dapur seperti mangkuk, piring, centong, kemudian sovenir berupa gantungan kunci, kalung, gelang, dan masih banyak lagi lainnya.
Saat berbincang di kediamannya, Tiar Bachroni lulusan UIN Walisongo Semarang itu mengaku, sudah membuat kerajinan sejak kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut berdasar atas kesukaannya terhadap seni dan hal-hal kreatif.
Baca Juga : Tiga Masjid Besar di Semarang Gelar Salat Tarawih
“Pernah juga ikut studi tour ke Jogja dan Sragen, terus melihat ada kerajinan kok bagus. Terutama di Malioboro itu ada batok kelapa bagus yang jadi celengan, lampu, dan mangkok, terus saya ngomong pada diri sendiri mau bikin kerajinan itu,” ujarnya.
Keinginan lelaki yang akrab dengan sapaan Oni itu, menjadi lebih mudah lantaran tetangganya memiliki usaha parut kelapa. Ia pun meminta batok kelapa yang biasanya tak terpakai tersebut untuk memulai membuat kerajinan. Menurutnya, awal mula kerajinan yang ia buat berbentuk love dan hanya seharga Rp 2000 ia jual ke anak-anak sekolah.
Oni membeberkan, ia berhasil membuat gantungan kunci, asbak, cincin dan ia jual kepada rekan-rekannya di kampus. Perjalanan Oni benar-benar sulit, ia tetap tak bisa fokus untuk menggarap kerajinan tersebut lantaran masih memiliki tanggung jawab akademik.
Oni Bercita-cita Bikin Kampung Batok Kelapa
Oni menjelaskan, dengan ikhtiar dalam bisnis kerajinannya. Ia mampu bertahan bahkan bisa menyuplai ke beberapa daerah seperti Bali, NTB, Kalimantan, Jawa Barat, juga Jawa Timur. Selain itu, produknya juga berhasil menembus pasar internasional seperti Filipina dan Inggris.
“Dari Filipina pernah pesan melalui instagram 200 pc mangkok sebanyak dua kali, terus inggris juga. Kemudian ada juga tawaran dari German dan Kanada, hanya saja ongkir yang besar dan kuantiti yang terlalu banyak membuat pemesanan ini tidak sampai terjadi. Mereka itu pesan sampai 10.000-50.000 pc mangkok, kita nggak sanggup,” ungkap Oni.
Baca Juga : Misterius, Munculnya Sumber Mata Air Asin di Desa Krendowahono
Ia mengaku, hasil dari usaha tersebut bisa untuk membeli mesin baru juga menyicil renovasi pembangunan rumah. Sejak awal, Oni memang memiliki keinginan untuk berkarya bersama masyarakat untuk memperkenalkan produk lokal ke mancanegara.
“Saya itu punya cita-cita bikin kampung pengrajin batok kelapa, karena kalau desa kebesaran. Pengen memberdayakan masyarakat, karena kemarin-kemarin juga ada kunjungan dari Temanggung satu bus, kan bisa menjadi tempat edukasi juga. Intinya saya hanya pengen terus bisa bermanfaat buat orang lain, mumpung masih muda jadi geraknya masih luwes,” pungkasnya. (dit/dim)
Respon (1)