Lestarikan Kearifan Lokal, Gelar Festival Dongeng

Mahasiswa Mengikuti Festival Mendongeng
FOKUS: Salah satu mahasiswa mengikuti festival mendongeng dalam rangka Hari Mendongeng Internasional dan Dies Natalies PBI FKIP UMK di ruang podcast PBI UMK. (ISTIMEWA)

KUDUS, Lingkarjateng.co.id – Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) mengadakan festival dongeng. Kegiatan itu bertepatan dengan Word Storytelling Day.

Selain itu, hal itu juga menjadi salah satu upaya melestarikan kearifan lokal, khususnya budaya Jawa. Ada 39 peserta yang berpartisipasi, baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa dalam festival dongeng tersebut.

“Kearifan lokal juga memiliki banyak hikmah atau pelajaran di dalamnya. Hal ini juga sesuai dengan visi misi UMK, menjadi universitas unggul berbasis kearifan lokal berdaya saing global,” kata Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UMK Nuraeningsih di Kudus.

Baca Juga : Tiga Masjid Besar di Semarang Gelar Salat Tarawih

Selain untuk melestarikan kearifan lokal, juga untuk meningkatkan ketrampilan mengajar mahasiswa dengan metode mendongeng. Pasalnya, mendongeng atau storytelling merupakan salah satu metode yang dalam proses mengajar dapat menerapkannya.

Sehingga, mahasiswa yang memiliki kemampuan mendongeng, bisa menciptakan pembelajaran yang lebih menarik. Karena metode ini mampu melibatkan audience atau peserta didik.

Lebih lanjut, Nuraeningsih mengatakan, pengambilan cerita berasal dari cerita rakyat yang ada di Kabupaten Kudus dan Jepara. Untuk tema cerita sendiri cukup variatif, mulai dari Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Kedu. Ada juga cerita asal usul nama desa, air terjun dan masih banyak lagi.

Baca Juga : Baekhyun Rilis Poster dan Sampler ‘Bambi’, Hingga Tranding di Medsos

Hal ini sesuai dengan visi misi UMK, manjadi universitas unggul berbasis kearifan lokal berdaya saing global.

Sementara itu, Hendra salah satu mahasiswa yang berpartisipasi mengatakan, mendongeng di acara festival mendongeng baru kali pertama. “Sebenarnya cukup canggung, karena tidak terbiasa. Jadi ya sebisanya,” jelasnya. (dit/dim)

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *